Jumat, 22 Januari 2016

BUS PARIWISATA DIENG

BUS PARIWISATA DIENG 

Sewa Mobil Dieng - Sewa Hiace Dieng - Sewa Elf Dieng - Sewa Bus Dieng - Sewa Motor Dieng - Sewa Mobil Box Dieng - Sewa Truck Dieng - Sewa Toyota Hiace Dieng

Info dan Reservasi:

0857 625 93333 

Sekilas Tentang Dieng

Bila dijelaskan secara Etimologis, maka nama atau sebutan dieng, pertama berasal dari bahasa sansekerta :
Ardi atau redi artinya gunung dan hyang artinya kahyangan. Dari arti itu bisa diberi tafsiran bahwa
dieng adalah sebuah gunung atau pegunungan tempat dimana para dewa dan dewi bersemayam. Tentu saja bahwa tafsiran itu sudah diwarnai dan dipengaruhi oleh unsur keyakinan keagamaan yakni agama hindu.Karena memang penyebutan ini berhubungan erat dengan keberadaan candi-candi hindu di dieng plateau. Maka unsur keyakinan keagamaan itu tercermin dalam konsep kahyangan, sebuah konsep tentang dunia gaib yang supra rasional dan hanya bisa dipahami dan dimengerti sebagai suatu keyakinan. Pikiran rasional biasa tidak bisa menjelaskan hakikat dan keberadaan dunia gaib itu. Hanya suatu keyakinan yang dianut yang sanggup menjelaskan itu kepada  penganutnya.

ARTI
Arti kedua dari sebutan dieng adalah yang berasal dari bahasa Jawa adi yang berarti indah atau elok dan aeng yang bermakna mengagumkan karena bersifat aneh.

WILAYAH DAN PENDUDUK
Dari aspek kewilayahan, maka kawasan dataran tinggi dieng dimiliki oleh kabupaten Wonosobo dan kabupaten Banjarnegara.Kabupaten Wonosobo memiliki kawasan dieng plateau bagian timur atau lazim disebut dieng wetan dengan luas wilayahnya 282.000 ha. Dikawasan timur ini terdapat obyek wisata Tuk Bima Lukar [merupakan sumber mata air sungai serayau],Telaga warna, Telaga pengilon, Goa semar, Kawah sikidang, Telaga cebong, Ondo budho, Air terjun sikarim dan Air terjun seloka.Sedang dikawasan bagian barat atau yang lazim disebut dieng kulon lebih luas wilayahnya 337.846 ha adalah milik kabupaten Banjarnegara. Dikawasan ini terdapat obyek wisata candi, kawah Sikidang, telaga Balekambang, Telaga Merdada, telaga Swiwi, kawah Sileri, kawah Candradimuka dan sumur raksasa Jolotundo. Dataran tinggi dieng juga memiliki sumber daya alam, yaitu sumber tenaga panas bumi [geotermal] yang bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi [PLTPB} berkapasitas 50 mega watt.

IKLIM
Berada diketinggian 2.093 m diatas oermukaan air laut, maka mudah diterka bahwa dataran tinggi dieng beriklim sedang dengan suhu udara 15 derajad celcius pada sing hari dan 10 derajad celcius pada malam hari. Karena itu hembusan udara terasa sejuk, segar dan menyenangkan. Akan tetapi pada bulan Juni, Juli dan Agustus sirkulasi udara biasanya berganti  musim. Pada bulan tersebut suhu udarapun turut berubah. Yang biasanya 15 derajad, kini menjadi 10 derajad celcius pada siang hari. Sebaliknya pada malam hari yang umumnya 10 derajad, turun sampai 5 bahkan nol derajad celcius. Akibatnya pada pagi hari tampaklah embun-embun beku [frost] yang menyerupai lapisan salju yang tipis terhampar indah diatas permukaan tanah. Suhu udara demikian bagi kebanyakan orang Indonesia terbilang amat dingin dan menusuk tulang.Namum inilah yang disukai dan digemari turis manca negara. Embun beku yang lazim disebut frost dalam bahasa Inggris ini, rupanya oleh masdyarakat dieng tidak disukai karena bisa mendatangkan kerugian ekonomis bagi mereka. sebab embun beku yang oleh masyarakat dieng disebut "bun upas" [embun beracun] itu mematikan tanaman kentang mereka.

ALUR  JALAN
Kendatipun kabupaten Banjarnegara memiliki obyek wisata lebih banyak daripada kabupaten Wonosobo, namun Wonosobolah seperti terkesan selama ini seolah-olah sebagai yang memiliki dataran tinggi dieng. Mengapa? Pertama, karena jarak Wonosobo-dieng relatif dekat hanya 26 km. Sepanjang jalan menuju dieng benar-benar dapat menikmati perjalanan wisata dengan cerita mengenai tempat-tempat menuju dieng dari wonosobo. Kalianget [pemandian air panas], Kalikuning
 Jawar, Garung [aja cawar wurung kalau punya niat ke dieng], Siwuran, Agrowisata tembi, Buntu [tertutup apabila niat ke dieng tidak benar], Kejajar [semua makluk sejajar dihadapan tuhan], Tieng [siti aeng-berbatu tetapi subur], Wadas putih, Parikesit, Jojogan [jujugan pengunjung], Patak banteng [kepala banteng penjaga dieng], dst. Dengan dibangunya jalan baru yang menghubungkan desa Sembungan dan desa Mlandi kec. Garung dimana pengunjung dapat menikmati air terjun sikarim, air terjun Seloka dan Telaga menjer dan kembali ke Wonosobo. sebagai layaknya suatu daerah pegunungan. maka alur jalan menuju dataran tinggi dieng ada yang datar tetapi lebih banyak yang menanjak, merayapi punggung bukit dan gunung, menurun dan berkelak-kelok. Sepanjang jalan menuju dieng benar-benar dapat menikmati perjalanan wisata. Dikiri kanan jalan sepanjang perjalanan menuju dieng sejauh mata memandang dan menangkap yang jauh disana. Dari gardu pandang terhampar indah panorama alam yang dilatari pemandangan gunung yang diselimuti mega putih atau kabut senja yang turun menyentuh bumi. Bukan itu saja, tanaman kentang ditata rapi membujur membentuk konfigurasi hortizontal dipunggung bukit dan gunung, menciptakan nikmatnya hembusan angin pegunungan yang sejuk, segar danmenyenangkan hati.

DIENG PLATEAU THEATER [DPT]
Pusat interpretasi potensi alam dan budaya kawasan dataran tinggi dieng yang diberi nama Dieng Plateau Theater [DPT] atas prakarsa gubernur Jawa Tengah H. Mardiyanto, karena dilereng bukit Sikendil sebagai magnit yang kuat untuk mengembangkan pariwisata di propinsi Jawa Tengah. Diharapkan dengan dibangunya DPT tersebut, obyek wisata dieng plateau menjadi daerah tujuan wisata kedua di Jawa Tengah setelah candi Borobudur. DPT sebagai pusat interpretasi potensi alam dan budaya kawasan dieng dilengkapi dengan seperangkat peralatan audion visual/film dilengkapi tempat duduk  pengunjung berkapasitas 100 buah kursi. Berfungsi sebagai sarana edukasi, cultural, pegenalan potensi wisata serta hiburan untuk mengurangi kejenuhan. Bangunan DPT terletak diatas taman wisata alam Telaga Warna dan Pengilon.Dapat dicapai dengan kendaraan roda 4 atau bermotor dari pusat kota Wonosobo sejauh 27,5 km. Diatas pelataran DPT dapat dinikmati panorama alam rangkaian gunung seperti gunung Perahu [2.565m], gunung Jurang Grawah [2.245m], gunung Pangonan [2.308m], gunung Sipandu [2.245m], gunung Nagasari [2.156m], gunung Pengamun-amun [2.173m], gunung Gajah Mungkur [2.101m] dan Dataran Tinggi Dieng [2.903 m].  DPT diresmikan pada tanggal 15 Juli 2005 oleh presiden republik Indonesia Dr. Bambang Susilo Yudoyono.

TELAGA WARNA
Merupakan telaga volkanik yang meletus pada masa dieng purba dan mengandung aneka bahan mineral yang apabila terkena sinar matahari memantulkan  sinar warna-warni. Kenyataan inilah yang membuat telaga ini disebut Telaga Warna. Konon ceritanya tempat mandi para bidadari sedangkan telaga Pengilon  dengan legenda cerita Ramayana, mengisahkan ksatria berbentuk kera karena kutukan dewa diutus mencari dewi shinta. kemudian bercermin di telaga Pengilon dapat berubah
wujud menjadi ksatria tampan kembali.

GUA JARAN
Menurut legendanya berasal dari kuda betina bermalam di gua dan keesokan harinya kedapatan bunting. Dipercaya bagi pasangan yang belum punya anak dapat berdoa ditempat tersebut.

GUA SUMUR
Berisi air kesucian tirta perwitasari untuk sarana upacara umat hindu Bali. Upacara pengambilan air "mendak tirta' ndilakukan sebelum hari raya keagamaan, sementara masyarakat Jawa Barat [Indramayu dll] memanfaatkan sebagai penyubur tanah yang diambil pada hari raya Idul Adha.

GUA  SEMAR
Sebuah gua batu yang dikeramatkan masyarakat setempat. Gua ini memiliki panjang kira-kira 4 meter dan berbatasan dengan dinding batu dan memiliki satu pintu yang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar. Kekhususan gua ini terletak pada bentuk dan proses terjadinya.Tidak seperti gua pada umumnya, gua ini merupakan hasil komposisi bebatuan besar-kecil sedemikian rupa, sehingga pada bagian bawahnya berbentuk semacan rongga atau tiang yang menyerupai gua. Maka oleh proses alami menyatu dengan unsur tanah yang memungkinkan tanaman perdu tumbuh diatasnya. Tinggi gua dari permukaan tanah sampai dinding gua sebelah atas kira-kira 1 meter, sehingga untuk memasukinya orang harus merunduk,baru setelah didalam terdapat ruang yang cukup luas memungkinkan orang bisa duduk bersila menjalankan meditasi atau "nyepi' disana. dengan kata lain, gua Semar ini berfungsi sebagai tempat untuk bermeditasi, "nyepi' atau bertapa.

CANDI  DIENG
KONSEP  AGAMA HINDHU
Dalam konsep agama hindhu terdapat suatu anggapan dan keyakinan, bahwa tempat yang tinggi dan gunung merupakan tempat bersemayamnya para dewa oleh karena itu dianggap juga sebagai tempat yang suci. Jadi bila kita sekarang menyaksikan candi-candi dieng yang dibangun didataran tinggi, digunung, maka pembangunan candi-candi tersebut disana memang telah memenuhi unsur keyakinan yang terkandung dalam kosep itu, bahwa  candi adalah tempat suci bagi persemayaman para dewa. Bangunan candi adalah tiruan dari gunung Mahameru di india yanhg dianggap suci oleh umat hindhu sebagai tempat tinggal para dewa. Disamping itu bangunan candi juga merupakan tiruan dari alam semesta berdasarkan konsep kosmologi yang dianut umat hindhu. Karena itu sebagai tiruan alam semesta, bagian-bagian bangunan candi bisa dianggap mewakili lambang bagian dari alam semesta. Dengan demikian, kaki candi misalnya melambangkan tingkatan alam bawah,alam dimana manusia bertempat tinggal dan disebut Bhurloka. Tubuh candi melambangkan tingkat Bhuwarloka, yakni dunia tengah tempat tinggal roh-roh orang mati. Dan atap candi melambangkan 'dunia atas" yang disebut Swarloka, tempat tinggal para dewa.

FUNGSI SITUS DIENG
Dari bukti-bukti arkeologi yang diketemukan dan yang ada di dieng seperti bangunan candi [sebagai bangunan sakral],bangunan profan [bangunan pemukiman] dan temuan-temuan lepas lainnya, misalnya arca, kereweng, keramik, prasasti dan benda-benda lain yang berhubungan dengan keagamaan dapat dipakai sebagai petunjuk/indikator bahwa dieng merupakan tipe situs yang berfungsi sebagai tempat upacara [ceremonial site] juga sebagai tempat pemukinan [settlemen site].Dilihat dari jumlah bangunannya, situs dieng dapat dibedakan menjadi 5 kelompok. 4 kelompok merupakan tempat upacara yaitu: kelompok candi Pendawa, Bima dan Dwarawati/Parikesit. sedangkan kelompok ke-5 adalah kelompok bangunan profan atau bangunan tempat tinggal yang terletak tidak jauh dari kelompok bangunan sakral [candi-candi pendawa lima] yang sama-sama  berada di dataran. Dengan demikian, sebagai bangunan sakral maka candi merupakan penyelenggara upacara keagamaan.

HINDHU SIWA
Dari bukti-bukti arkeologi berwujud arca lingga dan yoni yang ditemukan di dieng merupakan indikator bahwa bangunan candi-candi dieng adalah candi-candi hindhu dengan obyek pemujaan utama dewa Siwa dan isteri siwa yang namanya Dewi. Sebab, lingga adalah simbol dewa siwa dan Yoni adalah simbol dewi.Lingga digambarkan seperti phallus dengan bagian bawah berbentuk segi 4, bagian tengah berbentuk segi 8 dan bagian atas berbentuk bulat dan dipahat menyerupai alat kelamin  laki-0laki. Yoni, biasanya berbentuk segi 4 menyerupai lapik arca, tetapi memiliki lubang lebih dalam, besar dan bercerat. Lubang yoni berfungsi sebagai tempat untuk memasukan lingga kedalamnya, sehingga mereka menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, Lingga dan yoni biasanya ditempatkan dibilik utara candi sebagai pengganti arca. Dengan demikian lingga  dan yoni merupakan obyek utama pemujaan dan siwaisme. Dari temuan prasasti yang tertulis dalam hurup pallawa dan hurup Jawa kuno /kawi, salah satu diantaranya memuat angka tahun 1132 saka atau 1210 masehi. Dengan demikian diketahui, bahwa situs dieng tidak hanya dihuni dan berfungsi untuk satu periode/masa yang singkat, akan tetapi berlangsung mulai dari abad IX sampai dengan abad XIII masehi. Jadi, kelangsungan hidup situs telah berlangsung selama 5 abad.

KAWAH  SIKIDANG
Kawah ini oleh penduduk setempat dinamakan Sikidang. Mengapa demikian? Ini lantaran tabiat kawah yang seperti anak kijang yang suka berjingkrak ria, berputar-putar dan berpindah-pindah tempat. Versi mitosnya begini, konon, tersebutlah seorang raja yang bertubuh manusia, tetapi berkepala rusa [bahasa Jawa : kidang] bernama pangeran Indrapala yang memiliki wilayah kekuasaan meliputi dieng plateau dan sekitarnya. Dia bertetangga dengan seorang raja yang mempunyai putri cantik jelita yang bernama dewi Sintawati.P. Indrapala jatuh cinta dan ingin melamar dewi Sintawati. Dewi sintawati sebenarnya  tidak mau menikah dengannya dan karena takut akan kesaktiannya maka terpaksa mau. Untuk menggagalkan perkawinan tersebut dia mengajukan syarat yang berat akar perkawinan tersebut gagal. Dewi sintawati minta dibuatkan sumur yang harus selesai dalam waktu 24 jam dan harus mengeluarkan air.Apabila tidak mengeluaran air dalam 24 jam, maka P. Indrapala akan dikubur hidup-hidup kedalam sumur tersebut. Karena dalam waktu 24 jam sumur tersebut tidak mengeluarkan air maka P.Indrapala dikubur hidup-hidup. P.Indrapala mengutuk agar kelak anak cucu dewi Sintawati berambut gembel. Sekalipun dikubur  hidup-hidup P. Indrapala tetap hidup dan bahkan bertapa. Dia ingin membalas dendam dengan caranya sendiri. Dalam waktu 100 hari, sumur yang tertimbun tanah tersebut merekah dan mengeluarkan suara gemuruh dan membesar menjadi kawah.Oleh para pewaris,legenda kawah tersebut dinamakan kawah Sikidang. Dan benar, akhirnya anak-anak di dieng dan sekitarnya ada yang berambut gembel sebagai bukti kutukan dari P. Indrapala. 
Nah,untuk mencapai tempat tujuan wisata ini anda akan butuh BUS PARIWISATA. Anda dapat Sewa Mobil Dieng - Sewa Hiace Dieng - Sewa Elf Dieng - Sewa Bus Dieng - Sewa Motor Dieng - Sewa Mobil Box Dieng - Sewa Truck Dieng tersebut kepada kami buspurwokerto.blogspot.com . KENAPA? Karena kami menyediakan Sewa Mobil Dieng - Sewa Hiace Dieng - Sewa Elf Dieng - Sewa Bus Dieng - Sewa Motor Dieng - Sewa Mobil Box Dieng - Sewa Truck Dieng dengan harga murah.Kami susaikan budget yang anda punya dengan bus pariwisata yang kami punya.Selanjutnya anda bisa order bus pariwisata yang anda mau











Tidak ada komentar:

Posting Komentar